Monday 27 April 2020

Manajemen Pembinaan Akhlak

Indonesia kini tengah berada dalam kondisi krisis dan dekadensi moral. Terjadinya kerusakan atau kemerosotan moral di Indonesia disebabkan karena proses pembelajaran yang mengajarkan moral dan budi pekerti hanya sebatas teks dan kurang mempersiapkan generasi penerus untuk menyikapi dan menghadapi kehidupan yang cenderung kontradiktif. Seharusnya, moral dan budi pekerti merupakan sebuah pedoman hidup dan perisai yang dapat menghalangi seseorang dari pengaruh buruk yang ada  di sekitar. Selain berpegang pada moral dan budi pekerti, hal lain yang harus dimiliki adalah karakter. Karakter dapat dikatakan sebagai penggabungan dari watak, tabiat, akhlak, ataupun kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Karakter adalah suatu hal yang amat mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, lunturnya karakter suatu bangsa dapat menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa yang gemilang.............https://www.academia.edu/42870125/MANAJEMEN_PEMBINAAN_AKHLAK





Friday 11 May 2018

KONSEP PEMBANGUNAN DALAM ISLAM



KONSEP PEMBANGUNAN

DALAM  ISLAM


Oleh
Imam Solahudin
(Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Muhamadiyah Garut)

 


Islam merupakan  Agama yang diturunkan Allah SWT sebagai risalah penutup dari risalah – risalah sebelumnya. Sudah barang tentu Islam merupakan ajaran yang sudah sempurna,  dimana Islam tidak hanya mengatur  masalah yang meliputi ritual belaka, akan tetapi juga mengatur semua urusan kehidupan dan penghidupan umat manusia di dunia ini secara lebih luas. Manusia diciptakan ke dunia ini adalah sebagai khalifah dimuka bumi (khalifatu fil ardhi) yang pada dasarnya  adalah “Wakil Tuhan”  dalam fungsinya untuk memakmurkan dunia ini sebagai bentuk pertanggungjawabannya selama hidup dalam mengemban amanah dari-Nya. Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan amanah dari Allah  untuk dikelola (dimanfaatkan) secara optimal untuk kesejahteraan umat manusia. Untuk senantiasa peran dan fungsi khalifah ini berjalan  sesuai dengan pesan awalnya, maka Allah memberikan petunjuk kepada seluruh umat manusia melalui para Rasul-Nya.
Nilai-nilai yang dipandu oleh para Rasul tersebut secara garis besar meliputi tiga aspek yaitu Akidah, Akhlaq dan Syariah. Akidah dan akhlaq bersifat tetap dan permanen, artinya pesan utama yang dibawa para Rasul sampai akhir zaman, Akidah dan Akhlaq adalah sama, yang intinya yakni Tauhid. Namun untuk syariah masing-masing bisa berbeda, hal ini menunjukan bahwa syariah cenderung dinamis, syariah akan sangat dipengaruhi oleh perubahan peradaban umat manusia pada zamannya. Syariah Islam yang sampai hari ini tetap dijalankan dan senantiasa dipelihara oleh umat Islam akan senantiasa memberikan alternatif dan solusi terhadap tuntutan dan perubahan zaman. Syariah Islam yang dibawa oleh rasul terakhir mencakup seluruh aspek  kehidupan termasuk ekonomi. Syariah Islam selain komprehensif  juga bersifat universal.
Komprehensif artinya bahwa syariah Islam mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan, baik urusan ritual (ibadah) maupun muamalah  (hubungan kehidupan sosial). Keterpaduan antara muamalah (ekonomi, politik, bermasyarakat, berbudaya dll) serta ibadah dalam kehidupan ini merupakan perwujudan dari kewajiban diri sebagai hamba yang menjadi khalifah di bumi ini. Universal artinya bahwa syariah Islam dapat diterapkan disetiap waktu dan zaman, sampai dunia ini berakhir. Fleksibiltas syariah ini lebih merupakan porsi terbesar  dari muamalah. Muamalah jelas sangat dinamis dan tetap bisa mengikuti tuntutan dan perubahan zaman, namun demikian  tetap dalam bingkai dan koridor dasar Islam utama yaitu sejalan dengan Al-Quran, As-Sunnah dan ketetapan hukum  lainnya yang telah disepakati bersama yaitu  Ijma maupun Qiyas.      
Tentunya sifat  muamalah ini dimungkinkan, karena menurut Syafi’I Antonio bahwa Islam mengenal hal-hal  yang umum diistilahkan sebagai tsawabit wa mutaghoyyirot (principles & variables). Dalam bidang ekonomi  misalnya, yang merupakan  prinsip adalah larangan riba,  sistem bagi hasil, pengambilan keuntungan, pengenaan zakat, keadilan, kejujuran, tidak menzalimi, transparan  dan lain sebagainya. Adapun contoh variabel adalah instrumen-instrumen untuk melaksanakan  prinsip-prinsip tersebut. Misalnya dalam hal jual beli, penerapan  produk mudharabah  dalam investasi, pembagian zakat kepada yang berhaknya, penerapan asas musyarakah dalam kerjasama dan lain sebagainya merupakan variabel penting dari turunan jual beli tersebut. 
Namun demikian masih dirasakan dan menjadi salah satu Problema besar  yang harus dipecahkan oleh ummat Islam adalah masih adanya  pemahaman salah dari umat Islam itu sendiri, yang beranggapan bahwa Islam hanya mengatur bidang ibadah saja, jelas ini sangat keliru. Mungkin persepsi seperti inilah yang menjadikan umat Islam tertinggal dan selanjutnya  kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya  dalam persaingan kehidupan nyata. Ini pekerjaan rumah yang sangat besar bagi kita, masa depan akan sangat tergantung  kepada seberapa besar keseriusan dan komitmen kita untuk menjalankan nilai ajaran Islam secara lebih historis.

KONSEP PEMBANGUNAN DALAM ISLAM
            Menurut Akhamd Kursyid (1980), paling tidak minimal ada empat  konsep dasar utama dalam pembangunan, yaitu:
a.      Konsep Tauhid, tauhid merupakan puncak dari ajaran risalah ke semua nabi dari Nabi Adam As sampai Nabi  akhir zaman Muhammad SAW yang bersifat permanen.  Risalah inilah yang akan menuntun semua sisi kehidupan dalam beriman kepada Allah SWT sekaligus rujuakan semua tindakan manusiawi dalam kehidupan dan penghidupan. Nilai-nilai ini tidak masuk dalam segmen kehidupan diniscayakan manusia akan merugi dan sesat.
b.      Konsep Rububiyah, konsep ini berfungsi sebagai dasar undang – undang seluruh alam semesta yang mengatur tatacara dan seluruh proses bagaimana berbagai macama karunia Allah di ala mini digunakan untuk meraih kesejahteraan hidup umat manusia. 
c.       Konsep khalifah, Konsep ini menerangkan posisi dan peran manusia sebagai representasi “Wakil Tuhan”  untuk mengelola berbagai macam resources yang diamanahkan kepada manusia untuk diolah dan manfaatkan  dalam kehidupan  sebagai bekal ibadah kepadaNya. Semua segmen tatanan kehidupan nyata seperti politik, ekonomi, social, budaya  dan lainya dituntut senantiasa selaras dengan kemaslahatan bersama.
d.      Konsep tazkiyah, konsep ini merupakan bentuk penyucian jiwa sebagai diri yang mendapatkan tugas mulia di muka bumi ini  untuk senantiasa memperbaiki sikap dan tindakan dalam hidup baik yang berhubungan dengan Allah, sesama, lingkungan, Negara, dan lain sebagainya.   Contoh ideal konsepsi ini adalah seperti yang diteladankan oleh para nabi dan rasul Allah.
Dari keempat aspek tersebut, pembangunan Islam  merupakan turunan utama dari aspek tazkiyah , sebagaimana konsep  ini menangani berbagai isu-isu yang ada keterkaitan dengan urusan kehidupan dan penghidupan, khususnya dalam upaya beroleh kesejahteraan didunia sekaligus menggapai kebahagiaan di akhirat kelak. Secara detail dari konsepsi ini dapat diturunkan lebih rinci (khususnya bidang ekonomi)ke hal berikut ini:
Pertama, Konsep Pembangunan dalam Islam bersifat  komprehensif, artinya Islam mengatur berbagai segi kehidupan umat manusia baik menyangkut aspek spiritual, aspek moral maupun aspek material (ekonomi). Semua sisi tadi dipastikan merupakan sesautu yang integral artinya tidak bisa dipisah-pisahkan. Penghilangan satu sisi saja bisa menimbulkan ketimpangan dan beroleh kebahagiaan yang hakiki akan ada hambatan baik di dunia maupun akhirat.
Kedua, pembangunan dalam islam ,sebenarnya,adalah pembangunan pribadi manusia.karena manusia yang bertakwa dan memiliki kekuatan ilmu dan fisik yang kuat serta didukung oleh lingkungan islam yang kondusif untuk membangun,pasti akan dapat mensejahterakan kehidupan setiap individu muslim.ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia baik secara internal maupun eksternal,seperti pembangunan sikap(akhlak),aspirasi,cita rasa,dan motivasi manusia adalah sama fungsinya seperti faktor faktor produksi yakni modal, buruh, pendidikan, keahlian, organisasi, dan wirausaha lainnya.sekali lagi,ini membuktikan bahwa fokus utama pembangunan dalam islam adalah pembangunan diri manusia,dan bukan pembangunan materi.oleh karena itu,untuk mewujudkan pembangunan ekonomi diperlukan perbaikan kualitas diri manusia dan keterlibatan kolektif masyarakat dalam membuat berbagai keputusan pembangunan.
Ketiga,dari konsep kedua diatas,maka konsep ketiga dapat disebutkan bahwa pembangunan ekonomi dalam islam adalah bersifat multi-dimensi.semua faktor produksi,sumber pembangunan,dan paktor kualitas manusia memainkan peran penting dalam mewujudkan pembangunan umat.ini bemakna bahwa tersedianya faktor produksi yang melimpah ruah tanpa dukungan oleh kepribadian/ketaqwaan umat islam yang mantap dan handal,belum tentu akan menjamin terjadinya pembangunan ekonomi umat dengan pesat.
Keempat,pembangunan ekonomi umat tidak saja terbatas pada pembangunan manusia dan faktor produksi lainnya secara kuantitatif (jumlah)saja,tetapi juga secara kualitatif (mutu).inilah yang menjadi pembeda selanjutnya antara konsep pembangunan ekonomi  barat dengan konsep  pembangunan ekonomi islam.dalam konsep pembangunan ekonomi barat,pembangunan itu hanya diukur berdasarkan peningkatan kuantitatif saja,yaitu peningkatan materi dan bukannya peningkatan moralitas dan spiritualitas umat.sedangkan islam melihat konsep pembangunan secara menyeluruh baik pembangunan material maupun spiritual.
Kelima, dalam membangun umatnya, Islam mengharuskan penggunaan sumber daya alam  dilakukan secara optimal dan berkeadilan.Penggunaan sumber daya alam (rahmat) secara optimal dan dipergunakan untuk mempererat hubungan ukhuwah islamiyyah secara adil dan bertanggung jawab adalah merupakan bukti syukur umat islam pada khaliqnya.ini menunjukkan bahwa proses pembangunan dalam islam haruslah dimobilisasikan dengan sifat syukur dan adil, dan bukan dengan sifat kufur dan zalim.ini berimplikasi bahwa pembangunan dalam islam berarti membangun spiritual,moral dan materi setiap individu dan masyarakat kearah kesejahteraan sosial ekonomi  sebagai bagian dari usaha manusia untuk bertaqarrub dan berubudiyah kepada Allah SWT semata.

Sikap  dan kepribadian Umat Penentu Pembangunan
            Allah berfirman :  ”... sesungguhnya   alloh swt tidak akan merubahkeadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S. ar-Ra`du: 11); dan ”...yang demikian itu adalah karena sesungguhnya alloh swt sekali kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah d ianugrahkannya kepada sesuatu kaum sehingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S.al-Anfal: 53).
            Kedua ayat di atas sangat jelas menggambarkan perubahan kondisi eksternal dan mutu hidup seseorang anak manusia iyu sendiri. Tetapi ayat ayat ini tidak menjelaskan secara inci tentang sebab dan mekanisme bagaimana perubahan itu terjadi baik perubahan aksi atau interaksi sosial maupun  tingkat perubahan spiritual manusia. Ayat ayat diats juga tidak menjelaskan apakah perubahan yang berlaku dalam jiwa manusia itu semata mata terjadi akibat dari perubahan moral, koseptual atau perubahan kedua-duanya? Sejauh mana perubahan psikologi manusia akan mempengaruhi prilaku atau keadaan manusia? Atau sejauh mana perubahan psikologi ini di pengaruhi ileh faktor faktor lain? Semua persoalan ini tidak di9 jelaskan dalam ayat ayat di atas. Walaupun demikian, al-Qur`an telah menjelaskan dengan sempurna proses perubahan itu melalui konsep khalifah dan istikhlaf. Kedua kosep ini, pada hakikatnya, berasal dari akar kata (root word)  yang sama, yaitu khalaf yang mereflesikan dua aspek yang memiliki arti yang sama.
            Seperti telah di jelaskan di atas, konsep khalifah merujuk pada fungsi manusia sebagai pemegang amanah alloh swt di muka bumi ini, sementara konseo ikhtilaf  merujuk kepada proses bagaimana manusia bisa menjadi khalifah alloh. Dalam hal ini, al-Qur`an menggunakan kata kata khalifah sesuai dengan tujuan manusia itu di ciptakan alloh swt seperti termaktub dalam ayat berikut; ”sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (Q.S. al-Baqarah: 30). Sebutan kata khalifah juga mengandung makna bahwa manusia adalah mahluk yang di ciptakan  dari unsur-unsur yang unggul/terpilih di bandingkan dengan jenis-jenis makhluk lain.
Manusia, makhluk unggul
            Kelebihan manusia atas makhluk lain terukir dalam firma alloh swt.”...dan ingatlah oleh kamu sekalian ketika alloh menjadikan kamu sebagai khalifah sesudh lanyapnya kaum nabi nuh, dan tuhan melebihkan kekuatan tubuh dan perawakan kamu...” (Q.S. a`Araf: 69); dan”dan ingatlah oleh kamu sekalian ketika alloh menjadikan kamu sebagai khalipah sesudah kaum `ad dan memberikan tempat bagimu di bumi, kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung gunung untuk di jadikan rumah” (Q.S. al-`Araf: 74). Sementara itu, konsep ikhtilaf  padfa sebagian kumpulan manusia yang di anugrahi kelebihan harta benda dan di ikuti perubahan jumlah kepemilikan harta benda dan kekuatan/kemajuan (tamkin) serta pengalaman sejarah tentang perubahan negatif yang berlaku, seperti kehancuran (ihlak) dan malapetaka di rekamkan alloh swt dalam firmannya:”tidakkah mereka memprhatikan dan memikirkan berapa banyak umat-umat yang telah kami binasakan sebelum mereka, padahal (umat-umat itu) telah kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi (dengan kekuasaan dan kemewahan) yang tidak kami berikan kepada kamu, dan kami turunkan hujan kepada mereka dengan lebatnya, dan kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian kami binasakan mereka dengan sebab dosa mereka, dan kami ciptakan sesuah mereka, umat yang lain?” (Q.S. al-An`am: 6)
            Namun, dalam melakukan perubahan baik kehancuran (ihlak) maupun kekuatan/kemajuan (tamkin) alloh swt tidak melakukannya dengan tanpa sebab yang jelas. Tamkin itu di anugrahkan alloh swt kepada manusia karena komitmen mereka terhadap pelaksanaan perintah alloh swt. Perkara ini selaras dengan makna ayat berikut:”alloh menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dari kalangan kamu (wahai umat muhammad) bahwa ia akan menjadikan mereka khalifah-khalifah yang memegang kuasa pemerintahan di bumi, sebagaimana ia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka: khalifah-khalifah yang berkuasa; dan ia akan menguatkan dan mengembangkan agama mereka (agama islam) yang telah di ridoinya untuk mereka; dan ia juga akan menggantikan bagi mereka keamanan setelah mereka mengalami ketakutan (dari ancaman musuh). Mereka terus beribadah kepadaku dengan tidak mempersekutukan sesuatu yang lain denganku. Dan (ingatlah) siapa yang kupur ingkar sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang durhaka”(Q.S. an-Nur: 55). Sebaliknya, ihlak di timpakan alloh swt kepada manusia karena kedegilan, keingkaran, kebatilan dan kezaliman mereka terhadap hukum alloh. Perkara ini seperti dinukilkan alloh swt dalam ayat-ayat berikut:”dan sesungguhnya kami telah membinasakan umat-umat yang terdahulu daripada kamu ketika mereka berlaku zalim padahal telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka membawa keterangan-keterangan, dan mereka masih juga tidak beriman. Demikianlah kami membahas kaum yang melakukan kesalahan” (Q.S. Yunus: 13); dan ”dan penduduk negri-negri (yang durhaka) itu telah kami binasakan ketika mereka melakukan kezaliman, dan kami telah tetapkan satu masa yang tertentu bagi kebinasaan mereka” (Q.S. al-kahfi: 59).

Pembangunan moral adalah pembangunan yang sesungguhnya
            Semua ayat di atas sangat jelas menunjukan hubungan yang sangat erat antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan akhlak/spiritual umat yang tercermin dalam peningkatan ketaqwaan manusia kepada alloh rabb-al-jalil. Ini berimplikasi bahwa jika kebaikan prilaku sesuatu adalah melebihi sikap keburukannya, maka alloh swt akan melimpahkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup. Sebaliknya, kehancuran dan kemelaratan hidup akan berlaku jika kaum tersebut ingkar dan tidak bertaqwa kepadanya. Pendek kata, pembangunan itu, sesungguhnya, terletak pada pembangunan setiap pribadi muslim. Hanya orang yang berprilaku sesuai aturan illahi dan senan tiasa meningkatkan ketaqwaan kepada alloh swt dan tidak mengikuti hawa napsu saja, adalah pelaku pembangunan sesungguhnya. Hal ini selaras dengan firman alloh swt: ”dan kalaulah kebenaran itu tunduk menurut hawa napsu mereka, niscaya rusak binasalah langit dan bumi serta segala isinya...” (Q.S. al-mu`minun: 71). Begitu juga dengan pemerintah dan rakyat yang jujur dan bertaqwa kepada alloh dengan mudah akan dapat membangun ekonominya, dan tidak sebaliknya. Artinya, untuk membangun ekonomi umat kita harus berkemampuan untuk mengidentifikasi kebenaran alami (hakiki) dan kemudian untuk diimplimentasikan dalam kehidupan kta sehari-hari.
            Bukti lainnya bahwa pembangunan umat itu sangat di tentukan oleh komitmen manusia dalam melaksanakan semua aturan illahi telah di sebutkan al-Qur`an berulang kali, seperti yang pernah berlaku terhadap umat-umat terdahulu. Perkra ini dapat di lihat dalam ayat berikut: ”telah datang kebenaran (al-qur`an yang memberi segala kebaikan), dan perkara yang salah tidak memberi sebarang kabaikan di dunia, usahakan hendak mengulanginya di akhirat” (Q.S. saba`: 49). Begitu juga dengan kisah kehancuran yang di9 tinpakan alloh swt kepada umat yang ingkar terekam dalam ayat-ayat berikut,:dan berapa banyak kmi binasakan negri-negri yang penduduknya telah berlaku sombong dan tidak bersyukur dalam kehidupannya (yangt serba mewah dan senang lenang). Maka itulah dia tempa-tempat tinggal merekaterbiar tidak didiami orang sesudah mereka (di binasakan) kecuali sedikit...” (Q.S. al-qasas: 58); dan”kemudian kami tepati janji kami kepada mereka, lalu kami selamatkan mereka dan sesiapa yang kami kehendaki, dan (sebaliknya) kami binasakan orang-orang yang melampaui batas” (Q.S. al-anbiya: 9)
           
Wallahu a’lam


https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1329455724886335755#editor/target=post;postID=885590309228368418

Tuesday 4 April 2017

HUBUNGAN ANTARA TUJUAN MATAKULIAH, KURIKULER, INTITUSIONAL PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

https://drive.google.com/open?id=0B4VIxS4iYj_LbHBpVHFTSDhTVWM


OLEH
WILDAN AHMAD NH, S.SOS.I, MM.
(Sekolah Tinggi Agama Islam Muhamadiyah Garut)

ABSTRAK
Tulisan ini akan membahas tentang peran pedidikan agama Islam di sekolah dalam pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu pilar pendidikan karakter yang paling utama. Pendidikan karakter akan tumbuh dengan baik jika dimulai dari tertanamnya jiwa keberagamaan pada anak, oleh karena itu materi PAI disekolah menjadi salah satu penunjang pendidikan karakter. Melalui pembelajaaran PAI siswa diajarkan aqidah sebagai dasar keagamaannya, diajarkan al-Quran dan hadis sebagai pedoman hidupnya, diajarkan fiqih sebagai rambu-rambu hukum dalam beribadah, mengajarkan sejarah Islam sebagai sebuah keteladan hidup, dan mengajarkan akhlak sebagai pedoman prilaku manusia apakah dalam kategori baik ataupun buruk. Oleh sebab itu, tujuan utama dari Pembelajaran PAI adalah pembentukan kepribadian pada diri siswa yang tercermin dalam tingkah laku dan pola pikirnya dalam kehidupan sehari-hari.Disamping itu, keberhasilan pembelajaran PAI disekolah salah satunya juga ditentukan oleh penerapan metode pembelajaran yang tepat.
Kata kunci : Pendidikan karakter, kepribadian, metode pembelajaran.
 

Tuesday 19 July 2016

PERAN DOSEN DALAM MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA DI KABUPATEN GARUT - Ole Dr. H. Maman Sutarman, M.M.Pd


ABSTRAKSI
peran dosen, sebagai soko guru dalam pembangunan manusia (human development) seutuhnya menuju kepada masyarakat yang adil, makmur dan bermartabat sesuai dengan palsafah Negara Pancasila dan Undang Udang Dasar 1945, yang bersumber dari Al-Quranul karim dan Assunah nabi Muhammad Solalohu`alaihi Wassalam. Dosen merupakan ujung tombak dalam meningkatkan proses dan hasil belajar (processes and learning outcomes) mahasiswa yang menjadi asuhannya, proses yaitu pengolahan barang atau jasa dari bahan baku atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi. sehingga mempunyai nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan yang dimaksud hasil adalah keluaran dari pada proses. Maka untuk membentuk proses dan hasil belajar mahasiswa, maka dosen mempunyai funsi yaitu : Dosen sebagai pengajar, dosen sebagai pendidik, dosen sebagai pembimbing, dosen sebagai motivator, dosen sebagai penilai, Walupun peran dosen dalam melakukan proses dan hasil belajar mahasiswa banyak sekali, tetapi dalam penulisan ini agar terfokus kepada permasalahan sampai mendetail, maka penulis mengambil dua peran dosen dalam penulisan ini. Yaitu peran dosen sebagai pengajar dan dosen berperan sebagai pendidik
Kata Kunci : Dosen, Pengajar, pendidik, Proses belajar, hasil belajar


ABSTRACT
lecturer's role, as the cornerstone of human development to the whole society towards a fair, prosperous and dignified in accordance with the State palsafah Shrimp Pancasila and the Constitution of 1945, which is derived from al-karim and Assunah Quranul Solalohu`alaihi Regards Muhammad. Lecturer at the forefront of improving the process and outcomes of learning of students who became her care, namely the processing of goods or services from raw materials or semi-finished materials into finished goods. so it has a value to meet human needs. While the definition of outcomes is the output of the process. Then to establish processes and learning outcomes of students, the faculty has the function is as follows: Lecturer as teacher, lecturer as an educator, lecturer as tutor, lecturer as a motivator, lecturer as assessor, Even though the role of the faculty in the process and a lot of student learning outcomes, but in this paper focuses on the problem in order to detail, the author takes two roles in this writing lecturer. That is the role of faculty as teachers and lecturers act as educators.

Keywords: Lecturers, Teachers, educators, learning process, learning outcomes



                   A.    Latar Belakang Penulisan

Diabad modern ini amatlah diperlukan peran dosen, sebagai soko guru dalam pembangunan manusia seutuhnya menuju kepada masyarakat yang adil, makmur dan bermartabat sesuai dengan palsafah Negara Pancasila dan Undang Udang Dasar 1945, yang bersumber dari Al-Quranul karim dan Assunah nabi Muhammad Solalohu`alaihi Wassalam.
Dosen merupakan ujung tombak dalam meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa yang menjadi asuhannya, proses yaitu pengolahan barang atau jasa dari bahan baku atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi, dalam kata lain merubah input menjadi output, sehingga mempunyai nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan yang dimaksud hasil adalah keluaran dari pada proses. Hal tersebut dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai berikut :

Manajemen Pembinaan Akhlak

Indonesia kini tengah berada dalam kondisi krisis dan dekadensi moral. Terjadinya kerusakan atau kemerosotan moral di Indonesia disebabkan ...