Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.Kekuasaan
adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan
tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner, semakin banyak jumlah
sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan
yang efektif (Fattah, 2004: 88). Stoner benar tentang kepemimpinan
efektif, namun itu berlaku ketika seorang pemimpin memiliki karakter kuat,
tegas, dan berjiwa pembelajar. Sebaliknya, kekuasaan yang besar di tangan
pemimpin yang lemah karakter, pengetahuan dan keterampilan, hanya akan membawa
lembaga pendidikan pada ujung kebangkrutan dan tumpukan masalah yang tidak
terselesaikan dengan baik, bahkan menimbulkan konflik internal.
Kepemimpinan merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar
keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam
organisasi tersebut. Pentingnya kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh
James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam
Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan
meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah
kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Berdasarkan beberapa definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau
melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah berasal dari dua kata
yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin
dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah
lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum
kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana
tempat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan
bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar,
atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan
murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan
bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat
untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah”.
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai
kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah
sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Pendapat Hasibuan Malayu (dalam
Mulyadi, 2010: 47) tentang perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas
kepemimpinan meliputi aktivitas sebagai berikut.
- Mengambil keputusan
- Mengembangkan imajinasi
- Mengembangkan kesetiaan pengikutnya
- Pemrakarsa, penggiatan, dan pengendalian rencana
- Memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
- Melaksanakan kontrol dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan
- Memberikan tanda penghargaan
- Mendelegasikan wewenang kepada bawahannya
- Pelaksanaan keputusan dengan memberikan dorongan.
Sementara Gary Yulk mengidentifikasi
empat belas perilaku kepemimpinan yang dikenal dengan taksonomi manajerial
sebagai berikut :
- Merencanakan dan mengorganisasi (planning and organizing)
- Pemecahan masalah (problem solving)
- Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying roles and objectifies)
- Memberi informasi (informing)
- Memantau (monitoring)
- Memotivasi dan memberi inpirasi (motivating and inspiring)
- Berkonsultasi (consulting)
- Mendelegasikan (delegating)
- Memberikan dukungan (supporting)
- Mengembangkan dan membimbing (developing and mentoring)
- Mengelola konflik dan tim (managing and team building)
- Membangun jaringan kerja (networking)
- Pengakuan (recognizing)
- Memberi imbalan (rewarding) (Mulyadi, 2010: 49-50).
B.
MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS SEKOLAH
Kepemimpinan dalam penerapan manajemen sekolah memerlukan
dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola
(kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan
keterampilan ini memegang peranan yang sangat penting untuk untuk meningkatkan
kualitas sekolah. Perilaku kepemimpinan yang positif dan mendukung terhadap
penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih mencapai keberhasilan. Hasil
penelitian Douglas & Hakim (2001), menemukan bahwa sebagian besar pemimpin
yang hanya memberikan pelayanan untuk peningkatan kualitas tanpa ada perilaku
yang mendukung, mengurangi keberhasilan pelaksanaan hasil manajemen kepala
sekolah.
Sommer dan Merritt (1994) dan Rad
(2005) juga berpendapat tentang perlunya pemimpin memberikan perhatian terhadap
strategi manajemen mutu terpadu karena secara signifikan perilaku hubungan
kepemimpinan dengan perilaku karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan
pelaksanaan manajemen mutu terpadu. Perbedaan perilaku kepemimpinan dan bawahan
dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan manajememen mutu terpadu juga akan
terlihat lebih nyata pada pelaksanaan manajemen mutu terpadu dan kinerja
organisasi dalam sektor jasa seperti sekolah.
Budianto (2011) menjelaskan untuk
mencapai keberhasilan manajemen kepala sekolah, perilaku kepemimpinan dalam
dunia pendidikan (kepala sekolah) harus mencerminkan: (1) fokus pada pelanggan,
(2) fokus pada pencegahan masalah, (3) investasi sumber daya, (4) memiliki
strategi mutu, (5) menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar, (6)
mendefinisikan mutu pada seluruh area organisasi, (7) memiliki kebijakan dan
rencana mutu, (8) manajemen senior memimpin mutu, (9) proses perbaikan mutu
melibatkan setiap orang, (10) memiliki fasilitator mutu yang mendorong kemajuan
mutu, (11) karyawan dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu, (12)
kreativitas adalah hal yang penting, (13) memiliki aturan dan tanggungjawab
yang jelas, (14) memiliki strategi evalusi yang jelas, (15) melihat mutu
sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, (16) rencana jangka
panjang, (17) mutu dipandang sebagai bagian dari budaya, (18) meningkatkan mutu
berada dalam garis strategi imperatif-nya sendiri, (19) memiliki misi khusus,
(20) memperlakukan kolega sebagai pelanggan.
Sementara itu, Tiong (dalam Usman,
2011: 290) menemukan dalam penelitiannya tentang karakteristik perilaku kepala
sekolah yang efektif antara lain sebagai berikut.
- Kepala sekolah yang adil dan tegas dalam mengambil keputusan
- Kepala sekolah yang membagi tugas secara adil kepada guru
- Kepala sekolah yang menghargai partisipasi staf
- Kepala sekolah yang memahami perasaan guru
- Kepala sekolah yang memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan
- Kepala sekolah yang terampil dan tertib
- Kepala sekolah yang berkemampuan dan efisien
- Kepala sekolah yang memiliki dedikasi dan rajin
- Kepala sekolah yang tulus
- Kepala sekolah yang percaya diri
Sedangkan perilaku kepemimpinan yang
tidak efektif antara lain mencerminkan semangat yang rendah, berpandangan
sempit, diktator dan tidak memiliki rasa keterlibatan dalam organisasi.
Dengan kata lain perilaku kepala
sekolah harus menyesuaikan dengan empat prinsip manajemen mutu terpadu.
Penjelasan masing-masing prinsip dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah
dijelaskan di bawah ini.
- Kepuasan pelanggan
Seperti penjelasan sebelumnya,
sekolah memiliki pelanggan internal dan eksternal. Terhadap pelanggan internal,
siswa guru dan staf usaha perilaku kepala sekolah yang efektif antara lain adil
dan tegas dalam mengambil keputusan, memiliki dedikasi dan rajin, memiliki
keterampilan dalam pencegahan masalah, memiliki strategi mutu dan memiliki
strategi evalusi yang jelas. Sedangkan terhadap pelanggan eksternal perilaku
efektif kepala sekolah dapat tercermin melalui transparansi, pemberi informasi,
melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, dan
menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar.
- Respek terhadap setiap orang
Prinsip ini melihat setiap orang
dalam sekolah sebagai aset dan memiliki potensi. Sehingga perilaku kepemimpinan
yang efektif dalam mencerminkan prinsip ini adalah fasilitator, menghargai
partisipasi staf, memahami perasaan guru, memberikan dukungan, melibatkan guru
dan staf dalam pengambilan keputusan, mengembangkan dan membimbing potensi,
memotivasi dan memberi inspirasi, mendelegasikan tugas, dan semua masyarakat
sekolah dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu.
- Manajemen berdasarkan fakta
Pada prinsip ini, perilaku
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif tertib administrasi sehingga selalu
mengambil keputusan dengan berdasarkan data organisasi yang jelas, bukan suatu
gambaran atau perkiraan. Kepala sekolah juga merencanakan, mengorganisasi dan
melakukan prioritas menggunakan data dan kondisi sumber daya dalam organisasi.
- Perbaikan terus menerus
Dalam mencapai manajemen mutu, maka
perubahan adalah hal yang mutlak dilakukan suatu organisasi seiring dengan
perubahan perilaku pelanggan. Maka perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif mencerminkan pemantauan, visioner, transformasional, rencana jangka
panjang, membangun jaringan kerja dengan pelanggan eksternal, inovatif, dan
kreatif.
C.
TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG
IDEAL
Pemimpin dalam kepemimpinannya
dinyatakan berfungsi untuk menggiatkan atau menggerakkan bawahannya. Fungsi
menggerakkan adalah adalah fungsi pembimbingan dan pemberian pimpinan serta
menggerakkan kelompok orang-orang itu agar suka dan mau bekerja (Sudirga,
2006 : 23)
Dalam kepemimpinan disebutkan
seorang pemimpin memiliki beberapa tipe-tipe kepemimpinan antara lain :
- Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis
memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk
mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik
dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan
yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa.
Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan
teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan
pengaruh dan daya tarik yang amat besar. Dalam kepemimpinan ini seorang kepala
sekolah harus memiliki kharisma yang baik untuk menggerakkan bawahannya supaya
manajemen sekolah berfungsi dengan baik.
- Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik
lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat
sebagai berikut:
(1) mereka menganggap bawahannya
sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan,
(2) mereka bersikap selalu melindungi,
(3) mereka jarang memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,
(4) mereka hampir tidak pernah
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,
(5) mereka memberikan atau hampir
tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,
(6) selalu bersikap maha tahu dan
maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan
maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang
membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau
terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.
- Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik
ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari
tipe kepemimpinan militeristik adalah:
(1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana,
(2) menghendaki kepatuhan mutlak
dari bawahan,
(3) sangat menyenangi formalitas,
upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
(4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya,
(5) tidak menghendaki saran, usul,
sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
(6) komunikasi hanya berlangsung
searah.
Jadi dalam kepemimpinan militeristik
seorang kepala sekolah menggerakkan bawahannya secara perintah komando dan
otoriter yang harus dituruti oleh bawahannya.
- Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis
memiliki ciri-ciri antara lain:
(1) mendasarkan diri pada kekuasaan
dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
(2) pemimpinnya selalu berperan
sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi,
(4) setiap perintah dan kebijakan
selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang
mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan,
(6) semua pujian dan kritik terhadap
segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi,
(7) adanya sikap eksklusivisme,
(8) selalu ingin berkuasa secara
absolut,
(9) sikap dan prinsipnya sangat
konservatif, kuno, ketat dan kaku,
(10) pemimpin ini akan bersikap baik
pada bawahan apabila mereka patuh.
Dalam kepemimpinan otokratis seorang
kepala sekolah memimpin bawahannya berdasarkan keputusan sendiri yang harus
segera dilaksanakan oleh semua warga sekolah.
- Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis
pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat
semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan
kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggungjawab harus dilakukan oleh bawahannya
sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan
teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu
melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang
kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara
penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi
yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau. Tipe kepemimpinan ini
biasanya tidak baik diterapkan dalam lingkungan sekolah
- Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh
pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan
serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan
penghidupan kembali sikap nasionalisme.
- Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif
ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara
efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi
yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya
perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern
dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
- Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi
pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.
Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa
tanggungjawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan
kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak
pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai
potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia
mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu
memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan
kondisi yang tepat.
D. DAFTAR
PUSTAKA
Budianto, Nanang. 2011. Kepemimpinan Pendidikan
dalam Total Quality Management, Jurnal Falasifa. Vol. 2 No. 1Douglas T.J & Judge W.Q. 2001. Total Quality Management Implementation and Competitive Advantage: The Role of Structural Control and Exploration. Academy of Management Journal, 44(1), 158-169
Mulyadi. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budya Mutu. Malang : UIN Maliki Press.
Rahman (at all). 2006. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint.
Sadili Samsudin.2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia
Sommer, S.M. & Merritt, D.E. 1994. The Impact of a TQM Intervention on Workplace Attitudes in a Health-care Organization, Journal of Organizational Change Management,7(2), 53 – 62
Sudirga, dkk,2006, Buku Pelajaran Agama Hindu. Denpasar:
Widya Dharma .Denpasar
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo PersadaDiposkan oleh samsul bae di 01.13
https://imadeyudhaasmara.wordpress.com/2014/11/05/konsep-dasar-kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam-meningkatkan-kualitas-sekolah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar